Jumat, 20 Januari 2012

KRISTAL JALAN-JALAN KE SUARA MERDEKA

Pagi mulai menampakan indahnya. Tak ayal perasaan kami semakin tertarik untuk melakukan kunjungan. Mentari masih tersipu malu, hanya sederet cahaya yang terpancar dari ufuk timur. Suasana segarnya pagi masih terasa di sukma kami.
Di pondok masih sepi. Segala perlengkapan telah kami persiapkan untuk kegiatan nanti. Sekarang waktu menunjukan pukul 06.45 wib. Dari pondok, segera kami bergegas menuju Madrasah. Tak beda jauh dari pondok. Di Madrasahpun suasananya masih sepi. Hanya beberapa santri putri yang terlihat lewat di depan MA selepas pulang dari makam simbah K.H. Syamsuri Dahlan.
Mula rencana, kami (team redaksi kristal dan kawan-kawan), akan bertolak dari MA menuju tempat kunjungan (Kantor Suara Merdeka) pukul 07.00 wib. Itu dilakukan supaya persiapan bisa lebih matang ketika tiba di sana. Namun, karena ada sedikit gangguan, pemberangkatan diundur 1 jam. Entah terlambat karena apa, perjalanan sedikit terasa berbeda. Akan tetapi, itu sedikit pudar ketika kami sudah sampai di Karangawen. Udara panas telah merasuki tubuh kami. Semakin bersemangat untuk sampai di daerah tujuan.
Sekitar satu jam perjalanan akhirnya kami sampai di sana (Kantor Suara Merdeka), tepatnya pukul 09.00 wib. Akhirnya, perasaan sesal kami terbayar oleh pemandangan yang belum kami bayangkan. Megah dan indah. Itulah perasaan yang terbayang di benak kami ketika pertamakali melihatnya.
Letaknya yang cukup strategis membuatnya dilewati oleh banyak orang. Disebelah baratnya ada kampus yang megah, yaitu kampus UNISULA.
Oh ya, awal perjalanan menjelajahi Kantor Suara Merdeka, kami disuguhkan pemandangan yang cukup membuat tertarik hati. Yaitu di depan kantor tersebut ada sebuah mesin besar. Setelah kami mencari informasi tentang alat tersebut, ternyata itu adalah mesin cetak surat kabar Suara Merdeka pertamakali. Sekarang, surat kabar tersebut akan berumur 62 tahun, tepatnya tanggal 11 Februari nanti. Mulai dari masa pendirinya yaitu bapak Heitami, kemudian diteruskan oleh menantunya yaitui bapak Budi Santoso dan sampai sekarang ini adalah generasi ketiga, yaitu dipimpin oleh bapak Surya Wicaksono (cucu dari pendiri surat kabar Suara Merdeka).
Awal mula masuk, kami merasa heran. Mulai dari lantai pertama sampai lantai ketiga, tak terlihat keramaian sedikitpun. Ruang penyambutan berada di lantai dua. Kami duduk di ruangan yang biasanya digunakan untuk rapat redaksi. Beberapa menit kemudian perwakilan dari surat kabar Suara Merdeka memasuki rungan tersebut.
“Sebelumnya kami ucapkan terimakasih kepada MA Tajul Ulum yang telah menjadikan kantor berita kami sebagai tempat study banding dalam kegiatan pengembangan kejurnalistikan anak-anak (kristal dan perwakilan Osis).” Itulah sepatah kata yang terucap dari pak Jokomono (perwakilan surat kabar Suara Merdeka) tentang rasa terimakasihnya atas kunjungan MA Tajul Ulum. Beliau adalah karyawan yang mengurusi dibagian pemberitaan daerah Muria dan sekitarnya.
Duduk disamping beliau adalah mbak Maratun Nasikhah. Dia adalah yang mengurusi bagian berita internasional. Sesi tanya jawab mengenai kegiatan jurnalistik adalah dengan beliau.
“ Seandainya kita sebagai anggota jurnalistik suatu majalah, kemudian kita mempunyai karya sendiri. Dari situ kita ingin menerbitkan karya yang kita buat. Apakah jika saya menerbitkan hasil karya sendiri itu salah?” tanya seorang anggota jurnalistik kristal pada mbak Nasikh (sapaan akrab mbak Maratun Nasikhah).
“Ngapain tidak boleh? Itukan termasuk hak kita. Tidak ada kode etik kejurnalistikan yang melarang hal tersebut. Asalkan tidak setiap edisi.” Tukasnya dengan diiringi senyum manisnya. Siswa lain (M. Fadli Ashari) juga menanyakan kepada mbak Nasikh tentang bagaimana cara menarik minat orang untuk menulis. Dia mengatakan bahwa untuk menarik minat pembaca itu adalah termasik hal yang paling sulit. Namun jika ada beberapa ketentuan, maka beritanya bisa menarik diantaranya adalah beritanya harus abtudit, aktual, unik, menyangkut orang yang terkenal, dan tentunya berkaitan dengan kepentingan orang banyak.
200 wartawan dan 90 redaktur dimiliki oleh surat kabar Suara Merdeka. Di waktu pagi dan siang mereka mengumpulkan berita. Sedangkan sore dan malamnya adalah proses pengetikan dan pengeditan sampai pada percetakan dan pengiriman. Rapat diadakan setiap hari. Dan pesertanya adalah kepala biro bagian pemberitaan, mulai dari berita nasional, olahraga, pendidikan, selebriti, sampai yang internasional. Untuk yang berita internasional, tidak ada wartawannya. Untuk mendapatkan informasi seputar dunia luar, mereka membeli dari kantor berita luar negeri, yaitu BBC (Inggris), CNN (Amerika), AFP (Perancis) dan kantor berita lainnya yang bagian tersebut diurusi oleh mbak Nasikh dan dua temannya.
Setelah melakukan sesi tanya jawab, kemudian kami diajak pak Jokomono berkeliling di setiap ruang, mulai dari ruang proses pengetikan, grafis, pengeditan sampai ruang percetakan.
Diruang percetakan ada tiga mesin, namun yang digunakan ada dua, yang satu sebagai cadangan.
Nah, setelah tahu bagaimana cerita kami saat berkunjung di kantor surat kabar Suara Merdeka, tertarikkah kalian untuk berkunjung ke sana? jika ia, selamat mencoba.