Kamis, 18 Maret 2010

TEMPAT TERBAIK UNTUKKU MENCARI ILMU(revisi)


Karya : Burhannuddin


“Ibu,saya berangkat ya,”
“Hati-hati ya Nak,semoga kamu betah disana nanti.”
“Insya Allah Bu. Saya minta do’anya supaya kalau pulang nanti,saya menjadi anak yang soleh,dan berbudi pekerti yang baik,seperti yang Ibu inginkan.”
“Ya Nak,Ibu akan selalu mendo’akanmu,agar kamu selalu dilindungi Allah.”
“Sekarang Imam pergi dulu ya Bu,assalamu’alaikum!”
“Wa’alaikum salam.”

Setelah berpamitan pada Ibu aku segera pergi dengan Ayahku menuju Jalan Edi Sucipto. Ku naik bis jurusan Magelang Pati. Setelah beberapa jam,akhirnya kami sampai di Jalan Fatkhullah. Dari sana kami berjalan menuju pondok Matoli’ul Falah sejauh 300 m.

Matholi’ul Falah adalah salah satu pondok yang terkenal di Jawa Tengah. Aku sekolah disana karena pendidikan agamanya sangat kuat. Tidak hanya itu,disana ilmu umumnya juga tidak ketinggalan dengan sekolah yang berstandar internasional. Fasilitas-fasilitas yang digunakan sudah banyak.

Kami tiba di sana kira-kira pukul 16.00 wib. Setelah itu ayahku mendaftarkanku ke pengurus pondok. Setelah selesai mendaftar,Ayahku mengajakku kelokasi yang akan kutempati nanti.

“Disini tempatmu,sekarang Ayah pulang ya,nanti Ayah kirimi uang lewat bank BCA setiap bulan. “

“Ya Yah.”
“Baik baik disini nanti.”
“Selalu.”
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam.”

Setelah Ayahku pergi, aku segera memasuki kamar yang akan aku tempati nanti. Di kamar tersebut di tempati 8 orang anak,termasuk aku. Saat pertamakali berjumpa mereka,aku agak gugup. Tapi lama-kelamaan juga terbiasa.

“Maaf,siapa nama mas ya,?”tanya teman yang sekamar denganku.
“Saya Imam Syafi’i. Kalau mas siapa?”tanyaku balik pada teman yang baru ku kenal itu.”
“ Saya Imam Hanafi.”Jawabnya.

Setelah berbicara dengan teman – teman baruku itu aku mulai mengenal mereka satu persatu – satu.

Adzan subuh telah dikumandangkan semua santri segera bangun dan mengambil air wudlu.
Kemudian kami shalat berjamaah di musholla dekat rumah sesepuh pondok.Setelah sholat berjamah seluruh santri pergi mandi. Akupun juga ikut,tapi sesampainya disana ternyata antrinya sangat panjang. Saat aku akan mandi ternyata airnya sudah habis. Terpaksa aku berangkat sekolah tidak mandi.

“ Tet…tet…tet..”
Bel telah berbunyi.Semua siswa masuk kelas.

“ Aduh gimana nih sudah masuk,mana aku belum nyiapin buku lagi.”Ujarku kebingungan.

Setelah selesai nyiapin bukuku aku segera berangkat ke madrasah.Aku sampai di sekolah terlambat. Pak guru yang mengajar kebetulan adalah Bapak Ali yang kata teman – temanku dia adalah guru yang sangat disiplin.
Karena aku terlambat,jadi aku dihukum.Aku disuruh berdiri di depan kelas.


“Kamu siapa”Tanya Pak Ali
“Saya Imam Pak!”Jawabku
“Kenapa kamu datang terlambat.”
“Antri mandinya lama Pak.”
“Besok kalau diulangi lagi saya suruh kamu bersihin Wc.”suruh pak Ali.

Karena aku menjawab begitu aku ditertawain teman – teman sekelasku.
Hari pertama aku masuk ternyata sudah mendapatkan kejutan – kejutan yang tak ku duga.
Meskipun begitu aku tidak akan angkat tangan karena ini baru permulaan.

Di dalam kelas kami mencoba mengenal satu dengan yang lain. Saat istirahat aku keluar untuk membaca buku-buku yang ada di perpustakaan. Setelah selesai dari sana aku kembali ke kelas. Pelajaran berikutnya adalah sulamt taufiq. Saat aku mau mengeluarkan buku,ternyata bukuku tidak ada.

“Lho,kemana bukuku.”

Aku bingung. Kucari bukuku. Di laci,di bawah meja,ternyata masih tidak ada.

“Maaf Mas,bukumu tadi diambil sama anak itu.”Kata seorang anak perempuan yang duduk disampingku sambil menunjuk anak yang mengambil bukuku. Akupun segera menghampiri anak itu.

“Maaf kamu yang ambil bukuku ya?”Tanyaku pada anak itu
“Kalau iya memangnya kenapa?”
“Nggak saya Cuma mau mengambil buku yang kamu ambil tadi.”
“kamu berani sama aku?”
“Tidak,aku cuma mau ambil bukuku saja.”
“dyek..”pukul anak itu ke perutku.
“Brek..”terjatuh aku ke tanah.

Saat dia mau memukulku lagi,tiba-tiba pak Idrus masuk kelas. Kamipun segera duduk di tempat kami semula. Aku mengambil bukuku yang jatuh dilantai. Kami duduk dengan rapi. Seolah-olah tidak ada yang terjadi.

“Mam,kamu tidak apa-apa?” tanya Hanafi saat bel untuk solat dibunyikan.
“Nggak apa-apa.”

Setelah pulang sekolah, kami kembali ke kamar masing-masing.Dari jam setengah tiga,sampai jam empat para santri mengaji kitab. Aku dan beberapa anak laki-laki mengaji kitab Ta’lim Muta’alim. Karena jadwal ngajinya berbeda-beda,pulangnyapun tidak pada jam yang sama.
Setelah mengaji kitab Ta’lim Muta’alim dan melaksanakan solat asar,kami mengaji kitab kitab Nahwu.

Sekarang sudah jam 05.30 wib. Kami segera pulang ke kamar kami.
Setelah selesai mandi dan jama’ah solat maghrib,kami mengaji Alquran. Karena baru pertama ke sini,kami diajari kak santri. Yang mengajari kami adalah santri yang sudah hafal Alquran. Karena bayaknya santri yang mengaji,aku menunggu giliranku sampai jam 20.30 wib.

Setelah selesai mengaji,kemudian aku solat isya’. Kemudian aku dan teman-temanku pergi mengaji kitab lagi. Jam 10.00 wib kami baru istirahat.


Hari ke-dua kejutan besar menghampiriku. Aku berangkat ke sekolah tanpa sarapan. Jadi, kuniati untuk berpuasa. Toh hari ini kebetulan hari Kamis. Sesampainya disekolah, aku merasa ngantuk dan lemas sekali.

”Kamu kenapa?”tanya perempuan yang kemarin pernah bicara sama aku.
“Tidak papa. Hanya kelelahan saja.”
”Kamu masih sakit karena kemarin di pukul sama Faisal ya,?”
“Nggak,sudah sembuh kok.”
“Namamu siapa?”
“Namaku Imam. Kalau kamu?”
“Aku Aisyah.”

Tak terasa waktu pelajaran sudah lewat. Sekarang waktunya istirahat. Akupun pergi ke perpustakaan bersama Hanafi. Saat di tengah jalan kami di hadang Faisal dan teman-temannya.

“Hei kamu,kemarin kamu selamat tapi sekarang tidak.”
“Faisal kamu jangan ganggu Imam lagi,”
“Memangnya kenapa?”

Tiba-tiba Faisal memukul Hanafi. Karena aku sudah tidak bisa menahan emosi lagi,kupukul mukanya Faisal. Tak terduga,ternyata pak Idrus Melihat kami. Akhirnya kami disuruh ke kantor.

“Siapa yang mau bicara duluan?”tanya pak Ilham,Kyai Sekaligus pengurus pondok putra.
“Bukan saya pak,Imam yang memukul saya.’ Ujar Faisal.
“Bukan pak. Faisal dulu yang mukul saya.”
“Aku sudah tahu. Tadi Aisyah sudah bilang. Kalian boleh pergi.”

Karena Faisal sering bikin ulah,akhirnya dia dikeluarkan dari pondok. Tidak hanya itu saja,dia juga ketahuan membawa HP saat ada pemeriksaan.

Saat di jalan aku bertemu dengan Aisyah. Akupun segera menghampirinya.

“Aisyah,terimakasih ya, sudah menolongku kemarin.”
“Sama-sama. Itu sudah kewajiban sesama muslim.”

Karena seringnya bertemu,kami berdua saling menyukai. Tapi karena di pondok melarang adanya pacaran,kami hanya sebatas teman saja. Tidak hanya itu, juga karena aku ingin mendapatkan ilmu terlebih dahulu. Mungkin kalau memang jadoh,kami pasti akan bersatu.

Kamis, 11 Maret 2010

KEHIDUPAN DI PONDOK PESANTREN (SIKLUS 2)


“Ibu,saya berangkat ya,”
“Hati-hati ya Nak, semoga kamu betah di sana nanti.”
“Insya Allah Bu. Saya minta doanya supaya kalau pulang nanti, saya menjadi anak yang soleh,dan berbudi pekerti yang baik,seperti yang Ibu inginkan.”
“Ya Nak, Ibu akan selalu mendoakanmu, agar kamu selalu dilindungi Allah.”
“Sekarang Adi pergi dulu, ya Bu, assalamualaikum!”
“Waalaikumsalam.”

Setelah berpamitan pada Ibu aku segera pergi ke jalan Edi Sucipto. Aku mencari bis jurusan Magelang Pati. Setelah beberapa jam, akhirnya aku sampai di pondok Matoli’ul Falah. Sesampainya di sana aku segera mencari lokasi yang akana ku tempati.

“Maaf Mas, saya mau tanya ,di mana lokasi Blok Barat.”
“Saya nggak tahu, karena saya baru ke sini hari ini dan waktu daftar dan mengikuti tes dulu.”
“Kenalkan nama saya Jayuli, saya dari Kudus. Kalau Mas dari mana?”
“Saya Adi. Saya dari Magelang. Saya juga di Blok Barat. Jika begitu bagaimana kalau kita cari bersama-sama.”
“Ya, boleh saja.”

Setelah bercakap-cakap, kemudian kami pergi mencari lokasi yang akan kita tempati. Karena banyaknya gedung dan tempatnya yang luas, kami mencarinya sangat lama. Setelah beberapa jam kami pun menemukukan lokasi tersebut. Kami segera masuk ke tempat tersebut.

“Adi kita sekarang mencarinya ke mana, ya,”
“Mungkin kita keatas saja, mungkin tempat kita disana.”

Setelah sampai di tingkat ketiga, sampailah kami di tempat yang kami cari tempat yang kami cari. Kami segera menaruh barang-barang yang kami bawa di kamar kami.

Waktu berjalan cepat. Hari sudah malam. Aku tidur di kamar bersama enam orang teman yang baru aku kenal. Adzan subuh telah dikumandangkan dari mushola yang ada di dekat pondok putri.

“ Semuanya ayo kita ke mushola untuk sholat jamaah.”
“ Hai Adi, kamu bawa sajadah nggak?”
“ Ya “

Setelah sholat berjamah seluruh santri pergi mandi. Aku pun juga ikut, tapi sesampainya di sana ternyata antrinya sangat panjang. Saat aku akan mandi ternyata airnya sudah habis. Terpaksa aku berangkat sekolah tidak mandi.

“ Tet…tet…tet..”
“ Aduh gimana nih sudah masuk “

Setelah mendengar bel aku dan teman-temanku segera masuk kelas. Pelajaran pertama adalah Nahwu. Karena kami baru masuk dan belum punya kitabnya, kami harus mencatat beberapa bab tentang pelajaran nahwu.

Di dalam kelas kami mencoba mengenal satu dengan yang lain. Saat istirahat aku keluar untuk membaca buku-buku yang ada di perpustakaan. Setelah selesai dari sana aku kembali ke kelas. Pelajaran berikutnya adalah sulamat taufiq. Saat aku mau mengeluarkan buku, ternyata bukuku tidak ada.

“Lho, ke mana bukuku.”

Aku bingung. Kucari bukuku. Di laci,di bawah meja, ternyata masih tidak ada.

“Maaf Mas,bukumu tadi diambil sama anak itu.”Kata seorang anak gadis sambil menunjuk anak yang mengambil bukuku. Akupun segera mengambil buku yang dibawa anak laki-laki tersebut.

Setelah pulang sekolah, kami kembali ke kamar masing-masing.Dari jam setengah tiga, sampai jam empat para santri mengaji kitab. Aku dan beberapa anak laki-laki mengaji kitab Ta’lim Muta’alim. Karena jadwal ngajinya berbeda-beda, pulangnya pun tidak pada jam yang sama.

Setelah mengaji kitab Ta’lim Muta’alim dan melaksanakan solat asar,kami mengaji kitab Sulamut Taufiq. Sekarang sudah jam 05.30 wib. Kami segera pulang ke kamar kami.

Setelah selesai mandi dan jama’ah solat maghrib, kami mengaji Alquran. Karena baru pertama ke sini,kami diajari kak santri. Yang mengajari kami adalah santri yang sudah hafal Alquran. Karena bayaknya santri yang mengaji,aku menunggu gIliranku sampai ja 09.00 wib.

Setelah selesai mengaji,kemudian aku solat isya’. Selesai itu aku dan teman-temanku pergi mengaji kitab lagi. Jam 10.00 wib kami baru istirahat.
Hari ini adalah hari pertamaku menjalani kegiatan di pondok ini. Ternyata hidup di pondok tidak semudah yang kukira. Tetapi juga ada enaknya. Hidup di pondok perlu perjuangan. Tidak hanya bermalas-malasan saja, seperti saat di rumah sendiri.

Hari ke-dua diriku semakin diuji. Aku berangkat ke sekolah tanpa sarapan. Jadi, kuniati untuk berpuasa. Toh hari ini kebetulan hari Kamis.

Saat pergi ke sekolah, aku merasa ngantuk dan lemas sekali
”Kamu kenapa?”tanya perempuan yang kemarin pernah bicara sama aku.
“Tidak papa. Hanya kelelahan saja.”
”Kamu dari mana?”tanyanya lagi.
“Aku dari MTs N 1 Magelang. Emangnya kenapa tanya-tanya gitu?”
“Hanya tanya saja!” jawabnya sambil memalingkan wajahnya dan pergi dari hadapanku.
“Maafkan aku, bukan maksudku menyinggung perasaanmu. Tapi karena aku tidak ingin kamu ke luar dari pondok ini gara-gara aku. Karena peraturan di sini tidak memperbolehkan laki-laki perempuan bertemu secara langsung.

Sudah satu minggu kujalani hidup di pondok. Ternyata, banyak sekali pengalaman yang kudapat dari nyantri alias mondok di sini. Tidak hanya ilmu agama yang kudapatkan tetapi juga ilmu umum. Mungkin tidak hanya aku yang merasakan di pondok seperti ini. Banyak juga yang merasa senang merasakan kehidupan di pondok pesantren.