Kamis, 11 Maret 2010

KEHIDUPAN DI PONDOK PESANTREN (SIKLUS 2)


“Ibu,saya berangkat ya,”
“Hati-hati ya Nak, semoga kamu betah di sana nanti.”
“Insya Allah Bu. Saya minta doanya supaya kalau pulang nanti, saya menjadi anak yang soleh,dan berbudi pekerti yang baik,seperti yang Ibu inginkan.”
“Ya Nak, Ibu akan selalu mendoakanmu, agar kamu selalu dilindungi Allah.”
“Sekarang Adi pergi dulu, ya Bu, assalamualaikum!”
“Waalaikumsalam.”

Setelah berpamitan pada Ibu aku segera pergi ke jalan Edi Sucipto. Aku mencari bis jurusan Magelang Pati. Setelah beberapa jam, akhirnya aku sampai di pondok Matoli’ul Falah. Sesampainya di sana aku segera mencari lokasi yang akana ku tempati.

“Maaf Mas, saya mau tanya ,di mana lokasi Blok Barat.”
“Saya nggak tahu, karena saya baru ke sini hari ini dan waktu daftar dan mengikuti tes dulu.”
“Kenalkan nama saya Jayuli, saya dari Kudus. Kalau Mas dari mana?”
“Saya Adi. Saya dari Magelang. Saya juga di Blok Barat. Jika begitu bagaimana kalau kita cari bersama-sama.”
“Ya, boleh saja.”

Setelah bercakap-cakap, kemudian kami pergi mencari lokasi yang akan kita tempati. Karena banyaknya gedung dan tempatnya yang luas, kami mencarinya sangat lama. Setelah beberapa jam kami pun menemukukan lokasi tersebut. Kami segera masuk ke tempat tersebut.

“Adi kita sekarang mencarinya ke mana, ya,”
“Mungkin kita keatas saja, mungkin tempat kita disana.”

Setelah sampai di tingkat ketiga, sampailah kami di tempat yang kami cari tempat yang kami cari. Kami segera menaruh barang-barang yang kami bawa di kamar kami.

Waktu berjalan cepat. Hari sudah malam. Aku tidur di kamar bersama enam orang teman yang baru aku kenal. Adzan subuh telah dikumandangkan dari mushola yang ada di dekat pondok putri.

“ Semuanya ayo kita ke mushola untuk sholat jamaah.”
“ Hai Adi, kamu bawa sajadah nggak?”
“ Ya “

Setelah sholat berjamah seluruh santri pergi mandi. Aku pun juga ikut, tapi sesampainya di sana ternyata antrinya sangat panjang. Saat aku akan mandi ternyata airnya sudah habis. Terpaksa aku berangkat sekolah tidak mandi.

“ Tet…tet…tet..”
“ Aduh gimana nih sudah masuk “

Setelah mendengar bel aku dan teman-temanku segera masuk kelas. Pelajaran pertama adalah Nahwu. Karena kami baru masuk dan belum punya kitabnya, kami harus mencatat beberapa bab tentang pelajaran nahwu.

Di dalam kelas kami mencoba mengenal satu dengan yang lain. Saat istirahat aku keluar untuk membaca buku-buku yang ada di perpustakaan. Setelah selesai dari sana aku kembali ke kelas. Pelajaran berikutnya adalah sulamat taufiq. Saat aku mau mengeluarkan buku, ternyata bukuku tidak ada.

“Lho, ke mana bukuku.”

Aku bingung. Kucari bukuku. Di laci,di bawah meja, ternyata masih tidak ada.

“Maaf Mas,bukumu tadi diambil sama anak itu.”Kata seorang anak gadis sambil menunjuk anak yang mengambil bukuku. Akupun segera mengambil buku yang dibawa anak laki-laki tersebut.

Setelah pulang sekolah, kami kembali ke kamar masing-masing.Dari jam setengah tiga, sampai jam empat para santri mengaji kitab. Aku dan beberapa anak laki-laki mengaji kitab Ta’lim Muta’alim. Karena jadwal ngajinya berbeda-beda, pulangnya pun tidak pada jam yang sama.

Setelah mengaji kitab Ta’lim Muta’alim dan melaksanakan solat asar,kami mengaji kitab Sulamut Taufiq. Sekarang sudah jam 05.30 wib. Kami segera pulang ke kamar kami.

Setelah selesai mandi dan jama’ah solat maghrib, kami mengaji Alquran. Karena baru pertama ke sini,kami diajari kak santri. Yang mengajari kami adalah santri yang sudah hafal Alquran. Karena bayaknya santri yang mengaji,aku menunggu gIliranku sampai ja 09.00 wib.

Setelah selesai mengaji,kemudian aku solat isya’. Selesai itu aku dan teman-temanku pergi mengaji kitab lagi. Jam 10.00 wib kami baru istirahat.
Hari ini adalah hari pertamaku menjalani kegiatan di pondok ini. Ternyata hidup di pondok tidak semudah yang kukira. Tetapi juga ada enaknya. Hidup di pondok perlu perjuangan. Tidak hanya bermalas-malasan saja, seperti saat di rumah sendiri.

Hari ke-dua diriku semakin diuji. Aku berangkat ke sekolah tanpa sarapan. Jadi, kuniati untuk berpuasa. Toh hari ini kebetulan hari Kamis.

Saat pergi ke sekolah, aku merasa ngantuk dan lemas sekali
”Kamu kenapa?”tanya perempuan yang kemarin pernah bicara sama aku.
“Tidak papa. Hanya kelelahan saja.”
”Kamu dari mana?”tanyanya lagi.
“Aku dari MTs N 1 Magelang. Emangnya kenapa tanya-tanya gitu?”
“Hanya tanya saja!” jawabnya sambil memalingkan wajahnya dan pergi dari hadapanku.
“Maafkan aku, bukan maksudku menyinggung perasaanmu. Tapi karena aku tidak ingin kamu ke luar dari pondok ini gara-gara aku. Karena peraturan di sini tidak memperbolehkan laki-laki perempuan bertemu secara langsung.

Sudah satu minggu kujalani hidup di pondok. Ternyata, banyak sekali pengalaman yang kudapat dari nyantri alias mondok di sini. Tidak hanya ilmu agama yang kudapatkan tetapi juga ilmu umum. Mungkin tidak hanya aku yang merasakan di pondok seperti ini. Banyak juga yang merasa senang merasakan kehidupan di pondok pesantren.


























7 komentar:

  1. MENURUTKU CERPENMU BAGUS TAPI KATA KATA YANG DAPAT MEMPERINDAH CERPENMU KURANG.SEHARUSNYA KATA DIUJI ITU LEBIH BAIK DIBUAT KONFLIK,MAAF MENURUTKU AKU HANYA BISA MEMBERI NILAI 73.

    BalasHapus
  2. Judulnya kurang menarik pembaca, tidak ada ketegangan sama sekali oleh karena itu dengan berat hati saya beri nilai kamu 67 oke………………

    BalasHapus
  3. Penggunaan alur : 3. 4 = 12
    Pengambaran tokoh : 2. 4 = 8
    Pendeskrepsian latar : 2 . 4 = 8
    Penggunaan sudut : 3. 4= 12
    Pandang
    Judul : 2.4 =8
    Tema cerita : 3.4 = 12
    Gaya bahasa :3.4 =12
    Ejaaan tanda baca : 3.4= 12

    BalasHapus
  4. isi cerpenya bagus tapi akan lebih sempurna jika pada awal paragraf ada penghantarnya supaya pembaca dapat membayangkan latar tempat dan waktu. oke.........

    BalasHapus
  5. Menurut saya cerpen kamu sudah cukup bagus,pemilihan temanya juga tepat dan menarik.
    Saya suka karena mengandung nilai – nilai dalam kehidupan sehari – hari.
    Hanya saja yang saya mo ngasih tambahan tolong konflikknya ditambah lagi

    Untuk cerpenmu saya kasih nilai 70

    BalasHapus
  6. Cerita nya sudah bagus.but konflik belum terlalu kelihatan dan cerita seperti mandek di jalan.untuk itu aku kasih nilai 76

    BalasHapus
  7. cerpen ini sangat menarik karena punya setting yang khas yaitu pesantren, tetapi sayang penggarapannya belum maksimal. Lebih baik jika settingnya bisa digarap dengan baik dan konfliknya dimunculkan.

    jadi tokoh aku merasakan "benturan" antara kebiasaan di rumah dengan aturan-aturan di pondok.

    Selain itu, tokoh aku juga mengalami konflik dengan lingkungan barunya (kawan sesama santri).

    Semoga bermanfaat.

    BalasHapus