Rabu, 24 Februari 2010

SANGKUT PAUT DIRIKU DENGAN ADIKKU

cerpen karya burhan 9a





Adzan subuh telah dikumandangkan. Aku bangun dari ranjangku. Pergi ke tempat wudhu yang ada di samping masjid. Tempat wudhu yang sudah termakan usia itu, sebenarnya sudah tidak layak untuk dipakai. Tapi, itu tidak akan lama, karena sebentar lagi akan dibangun oleh lembaga PLAN. Setelah jama’ah solat subuh, aku segera pulang ke rumah.

Fajar mulai menghilang. Matahari mulai menampakkan sinarnya. Segera aku mandi bersama teman-temanku di Sungai Tuntang. Bersama Ikmal,Puji,Surur, bermain di salah satu sungai terpanjang di Jawa Tengah itu. “Ayo Ik, jumpingkan sepedamu dari sana.” Ujar Surur.

Dari jauh terlihat sesosok makhluk yang hampir mirip Giring Nidji. Dengan pakaian seperti salah satu suku di Papua, dia mendekati kami. Rambutnya yang jadul, dan tubuhnya yang tak berlemak itu, menjadi ciri tersendiri yang tak di miliki oranglain. Perlahan lahan ia mendekati kami. Kamipun hendak lari darinya. Saat kami akan lari,ternyata dia sudah ada di depan kami. “ Ha… mau ke mana kalian? Lihat apa ini?” Dengan wajah ketakutan, kamipun segera pergi dan mengambil pakaian yang kami letakkan di tepi sungai. Tanpa memakai pakaian lengkap, Ikmal segera pergi dengan sepedanya. Tanpa berpikir panjang, Surur,Puji dan aku segera menyusul Ikmal meskipun hanya memakai celana dalam saja.” Hai, kalian, kenapa hanya memakai celana dalam aja?” Tanya tiga anak perempuan sambil berteriak dan menutup matanya. Kamipun segera masuk ke tempat wudhu untuk memakai pakaian kami.

“Coe, kalian lihat keteknya Warto enggak? Bulunya ada tiga.”
“ Ya kamu benar Puj, bahkan ,kanan kiri lagi.”
“eh enggak usah ngomongin itu ah, lebih baik kita pulang aja ,entar kalau kita telat, pak andre marah lagi.”

Setelah kami ganti pakaian di tempat wudhu tadi, kami segera pulang ke rumah masing-masing. Sekarang sudah jam 06.30. Aku segera ganti baju dan sarapan pagi. Setelah itu, aku segera berangkat sekolah naik sepeda onta milik kakekku. Di tengah jalan aku bertemu dengan kudi dan aji. Aku menyuruh mereka naik sepedaku. Saat di belokkan, tiba-tiba muncul kakek tua yang berlawanan arah dari kami.

“Blak.. Brek…Aduh… Gimana kamu Bur, sakit tahu!”
“Maaf aku enggak tahu kalau ada kakek tua di depan.”

Saat kami jatuh tadi, aku melihat tiga ekor burung yang terbang bersama-sama. Tapi aku tidak begitu memikirkan hal tersebut. Kami segera bangun dan kemudianmelanjutkan pergi ke sekolah.

Sampai di sekolah ternyata sudah jam 07.03. kami bertiga dihukum pak Andre. Setelah dihukum kami di suruh untuk duduk ditempat duduk kami.

Setelah pulang sekolah aku masih memikirkan kejadian tadi pagi. Sesampainya di rumah aku melihat banyak orang di depan rumah.

“ Paman, ada apa ini? Kenapa banyak orang?
“Ibumu mau melahirkan”

Adikku tiba-tiba keluar dari rumah dan melewati kerumunan orang-orang itu dan kemudian menghampiriku.

“Mas! Mas! kita punya adik perempuan.”dengan wajah bahagia.

Saat aku mendengar itu, aku berpikir mungkin ini sangkut paut diriku dengan adikku.

5 komentar:

  1. cerpennya lumayan bagus tapi perlu penambahan konflik. ok...

    BalasHapus
  2. Penulisan nama perlu diperhatikan. Karena ada nama yang awalnya tidak pakai huruf kapital

    BalasHapus
  3. Di dalam cerpen tak ada konflik.Seharusnya di beri konflik walau 1.

    BalasHapus
  4. kurang seru tuch, seharusnya banyak tukarannya,,,,

    BalasHapus